ANALISIS ARUS KAS
KEGIATAN OPERASI DALAM MENDETEKSI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PASAR
ABSTRACT
This
research aims at identifying firm’s tendency to execute real activities
manipulation through cash flow from operating activities and its impact to
market performance. The sample is drawn from firms in the biggest 50 firms with
assets above 1 trillion rupiahs for period of 2001 – 2006, which are published
in Swa100. The research model used is based on Roychowdhury’s model (2003). Prior
to test the hypotheses, the researcher employed regression model to determine normal and abnormal cash flow from operating activities.
Then, descriptive statistics, one sample t-test, and two independent samples
t-test are used to test the research hypotheses.
The result shows
that firms tend to execute real activities manipulation through operating cash
flow. Moreover, the impact of real activities manipulation on market performance shows firms that are more likely executing real
activities manipulation have higher market performance than their counterparts.
After controlling for industrial types of the companies, the result finds that
manufacturing firms execute more real activities manipulation than non
manufacturing firms.
Keywords:
Operating cash flow, real activities manipulation, market performance.
LATAR
BELAKANG PENELITIAN
Perusahaan sebagai
kumpulan kontrak-kontrak (nexus of
contracts) antar berbagai pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan
karyawan berkaitan dengan gaji atau kompensasi, kontrak antara perusahaan dan
kreditur berkaitan dengan hutang, dan kontrak dengan pemerintah berkaitan
pajak. Di dalam perusahaan terdapat pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak principal maupun agent
masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan (conflict of interest).
Pihak manajemen atau manajer dituntut memenuhi kepentingan pemilik perusahaan
namun di samping itu manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda
dengan pemilik. Asimetri informasi (information
asymmetry) antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan (shareholders) memberi keleluasaan dan
kesempatan kepada manajer untuk melakukan rekayasa yang disebut dengan istilah
rekayasa laba atau manajemen laba (earning
management). Tujuan dari
manajemen laba adalah menghindari kerugian, mendapatkan kompensasi, memenuhi
target laba, dan ramalan analis (analyst
forecast).
Manajemen
laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary
accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung yang
disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury, 2003). Manajemen akrual
dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa
sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target
laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP dan manipulasi
akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat terdeteksi
oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada
harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena itu,
terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu
dengan memanipulasi aktivitas riil (real
activities manipulation). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode
akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu,
menghindari kerugian, mencapai target analyst
forecast.
Pada
penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan
karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun
juga pada arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi
menarik. Oleh karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka
perusahaan dapat terdeteksi melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak,
dapat diketahui dari arus kas. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas
kegiatan operasi terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil. Dalam
penelitiannya, Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan
laba rendah, yaitu perusahaan yang masuk ke dalam sampel suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus kas
operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini
konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan
cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan
produksi besar-besaran (overproduction).
Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2003) tidak sampai kepada dampak arus kas
operasi terhadap kinerja pasar.
Masalah Penelitian
Masalah
dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah
perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi?
2.
Apakah
kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja
pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Fokus
dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi untuk
menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya
terhadap kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi studi berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu
kita cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting selain laporan
laba rugi.
TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS
Manipulasi Aktivitas Riil dan Arus Kas Kegiatan Operasi
Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan indikator yang
menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas
yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan
operasional perusahaan, dan membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan
operasional. Arus kas dari kegiatan
operasi berisi penerimaan dan pengeluran kas yang diperoleh dan digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan. Livnat dan Zarowin (1990) dalam penelitiannya
mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi antara lain penerimaan
kas dari pelanggan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, dan lainnya,
pembayaran pajak, pembayaran bunga, dan kegiatan operasi lainnya.
Manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi
berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang
periode akuntansi berjalan. Hal waktu (timing)
inilah yang menjadi bagian penting perusahaan dalam hal ini manajer memiliki
insentif melakukan manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003).
Teknik Manipulasi Aktivitas Riil
Teknik
yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain manajemen
penjualan, overproduction, dan
pengurangan biaya diskresi (Roychowdhury, 2003).
Manajemen
penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan penjualan selama
periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk memenuhi target laba.
Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau mempercepat penjualan
dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara menawarkan potongan
harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan jangka waktu kredit yang
lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan otomobil sering menawarkan
tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir periode akuntansi. Volume
penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas
menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga.
Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang
menurun dibandingkan level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari
piutang.
Teknik
berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran (overproduction). Manajer dari perusahaan manufaktur dapat melakukan
produksi besar-besaran yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang
dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam
skala besar menyebabkan biaya overhead
tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per
unit dan harga pokok penjualan menurun. Penurunan
harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi.
Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang diproduksi
besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat
penjualan normal. Thomas dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan melakukan
produksi besar-besaran dengan tujuan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Menaikkan
laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat dilakukan
dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat dikurangi adalah
biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya penjualan, umum, dan
administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan
perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode menyebabkan
rekening hutang berkurang di bawah normal dan berdampak pada akrual abnormal
yang positif.
Arus Kas Kegiatan Operasi dan Kinerja Pasar
Kinerja
pasar dilihat dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang
perusahaan atau return saham.
Beberapa penelitian yang menguji kandungan informasi tambahan arus kas selain
oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley (1987) menemukan bahwa arus kas
kegiatan operasi memiliki informasi tambahan selain yang dijelaskan oleh laba
kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan oleh data periode tahun dan
belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier.
Rayburn (1986) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi
dan agregat akrual memiliki hubungan abnormal
return. Demikian juga dengan Livnat
dan Zarowin (1990) yang menemukan komponen arus kas dari operasi dan pendanaan
memiliki hubungan dengan return.
Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas terhadap kinerja pasar
antara lain Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar modal Indonesia
menemukan bahwa arus kas dari kegiatan operasi penting dalam menjelaskan return sekuritas. Penelitian yang mendeteksi manipulasi
aktivitas riil dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja adalah
Rahman (2007) yang menunjukkan bahwa motivasi
manajemen laba pada saat perusahaan melakukan IPO adalah menggunakan proksi
akrual diskresi namun tidak untuk proksi
manipulasi aktivitas riil.
Kerangka Pemikiran
Manipulasi
aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai target
yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan
penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan
tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan
kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada
laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi.
Cara
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penjualan dengan menawarkan potongan
harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit yang lunak. Hal
ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba yang
dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang
meningkat, manipulasi aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang
dilaporkan pada periode bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi
aktivitas riil yang dilakukan dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan
biaya iklan, pengurangan biaya penjualan, pengurangan biaya riset dan
pengembangan, dan overproduction agar
harga pokok penjualan rendah memiliki dampak arus kas kegiatan operasi setelah
adanya manipulasi aktivitas riil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang
seharusnya atau normal apabila tidak terdapat manipulasi aktivitas riil, atau
dengan kata lain arus kas kegiatan operasi abnormal rendah. Oleh karena arus
kas terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil maka arus kas ini dapat
digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki kecenderungan melakukan
manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan
operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual
dan nilai arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
Arus kas yang dapat
memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap kinerja
pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa arus kas
kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return saham). Dengan adanya manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi maka terdapat perbedaan
kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan salah satu
indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan
harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang
melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki kinerja pasar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih
tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi
dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam Swa100 yaitu
50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di atas Rp 1
triliun dan EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006. Pemilihan
sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgemental sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1.
Masuk
ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 – 2006 sehingga
data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari periode tahun
2000 – 2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan perusahaan
terbaik karena Swa mendasarkan perusahaan terbaik dari laporan keuangan 1
periode akuntansi sebelumnya).
2.
Memiliki
periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember.
3. Data tersedia di Osiris dan CD annual report yang ada di
perpustakaan MAKSI UI (Magister Akuntansi Universitas Indonesia). Prosedur pemilihan
sampel dapat dilihat dari Tabel 1.
Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Sebelum masuk ke dalam pengujian hipotesis maka akan
dilakukan regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi
untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury
(2003):
Keterangan:
CFOt/At-1 = Arus kas kegiatan operasi pada tahun t
yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
a(1/At-1) =
Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan supaya
arus kas kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika penjualan dan lag
penjualan bernilai 0.
St/
At-1 = Penjualan
bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
St-1/
At-1 = Penjualan bersih
pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
Oleh karena
dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi
abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual dan
arus kas kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari
nilai arus kas kegiatan operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal
ini disebabkan nilai yang dibutuhkan adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut.
Untuk
hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan
berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan
operasi. Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel
berada di bawah 0 dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivtas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel
yang berada di atas 0 berarti sampel yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Nilai rerata arus
kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh
sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2 yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi,
dilakukan dengan membandingkan rerata kinerja pasar untuk melihat kinerja pasar
mana yang lebih besar setelah itu diuji signifikansi dari perbedaan tersebut
menggunakan uji beda dua sampel atau two
independent samples test (Ghozali dan
Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji dua arah (two tail). Kinerja pasar diproksi dengan
menggunakan Cummulative Abnormal Return (CAR).
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif
Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus
kas abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih
dahulu arus kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk
variabel-variabel yang digunakan mencari nilai arus kas normal untuk
keseluruhan sampel penelitian (264 sampel) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan karakteristik dari
perusahaan yang masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2006 dengan
total aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic
value added (EVA) terbaik. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rerata
arus kas kegiatan operasi sebesar 21% relatif terhadap total aktiva, nilai
tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846. Rerata penjualan periode t
lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1 sebesar 21% relatif
terhadap total aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t adalah
0,844 dan penjualan periode t-1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi
untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal terlihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada Tabel 3 maka koefisien tersebut
digunakan untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah
memperoleh nilai arus kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai
abnormal dari arus kas kegiatan operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan
operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan
operasi abnormal inilah yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan
melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO). Tabel 4 menunjukkan statistik
deskriptif untuk variabel-variabel antara lain ABN_CFO dan Cummulative Abnormal Return (CAR) yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183 dengan
nilai tengah sebesar -0,171 dan simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan
sampel memiliki rerata sebesar -72,083, nilai tengah sebesar 0,010
dengan nilai maksimum sebesar 2,46 dan minimum sebesar -1000,52.
Simpangan/deviasi dari data CAR sangat besar yaitu 258,854.
Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Pengujian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi,
menggunakan uji rerata. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan arus kas kegiatan
operasi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai arus kas
abnormal untuk melihat perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil ataukah tidak. Perusahaan yang masuk Swa memiliki kecenderungan
untuk menaikkan laba agar dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara
menaikkan laba dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan, memberikan
potongan harga, dan menawarkan penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang
akhirnya menyebabkan laba periode tersebut tinggi namun arus kas kegiatan
operasi secara abnormal lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya pada
periode bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila
nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) di bawah 0 sedangkan
perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil
apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0.
Hasil dari pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil pengujian hipotesis satu menunjukkan bahwa dari
keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena
rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0) maka sampel diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Hal ini dikarenakan
untuk melihat adanya kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal di
bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai rerata tersebut signifikan maka
dilihat nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai signifikansi rerata abnormal
dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0385 (yaitu
dari p-value=0,077/2 karena pengujian
two tail). Oleh karena nilai
signifikansi di bawah a=5% (0,0385
< 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi tidak
dapat ditolak pada tingkat a=5%.
Dari keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
terdapat 225 perusahaan-tahun yang terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan
perusahaan yang lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan
terbaik edisi Swa.
Pada pengujian hipotesis 1 ini dibuktikan bahwa
perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi. Temuan adanya manipulasi melalui arus kas kegiatan
operasi konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2003) bahwa perusahaan yang
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melaporkan arus kas kegiatan
operasi yang secara abnormal lebih rendah dibandingkan yang seharusnya. Bens,
Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa manajer dari perusahaan yang menghadapi
dilusi laba per lembar saham sebagian mengurangi biaya riset dan pengembangan
untuk membiayai pembelian kembali saham ESO (employee stock option). Dengan adanya pengurangan biaya riset dan
pengembangan akan berdampak pada kenaikan laba yang dilaporkan namun
menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara abnormal rendah. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi dapat dilakukan dengan cara manajemen penjualan yaitu
memberikan potongan harga besar-besaran, bunga kredit yang rendah atau dengan produksi
besar-besaran supaya harga pokok penjualan rendah sehingga margin operasi
tinggi (Roychowdhury, 2003).
Kecenderungan Manipulasi Aktivitas Riil, Industri, dan Kinerja
Pasar
Statistik deskriptif dari
kinerja pasar (CAR) untuk sampel
yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi dan kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Rerata CAR untuk sampel yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (-66,851>-102,266). Oleh
karena itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif terlihat bahwa sampel yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar daripada sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi yang berarti rerata CAR antara sampel yang diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang
diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk melihat apakah perbedaan tersebut
signifikan hasilnya dipaparkan pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi pada taraf
signifikansi a = 10%.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0525 (0,0525<a = 10%). Dengan demikian, hasil
pengujian ini membuktikan bahwa kinerja pasar sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda
dengan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi yaitu kinerja pasar sampel yang cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar
sampel yang cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena
itu, hipotesis 2 yang menyatakan kinerja
pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar sampel
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi, tidak dapat ditolak pada tingkat a=10%.
Manajer memiliki insentif
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah
untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba tertentu pada
periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau kinerja
pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi merupakan salah satu
indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan
harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajer semakin memiliki
insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar laba tinggi atau
menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi dibandingkan
dengan tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Berdasarkan hasil statistik
deskriptif terhadap hipotesis 2, untuk keseluruhan sampel yang merupakan sampel
jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang merupakan sampel jenis industri
non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk perbandingan sampel antara sampel
yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah dilakukan pemisahan ke
dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat dilihat pada Tabel 8.
Hasil setelah
pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis industri
manufaktur yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis
industri non manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang
diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi lebih banyak pada jenis industri non manufaktur. Perbandingan
antara jenis industri dan kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi ditemukan adanya signifikansi hubungan (menggunakan pearson chi-square) sehingga jenis
industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan dengan jenis industri non
manufaktur karena nilai signifikansi di bawah taraf signifikansi a=5% (0,000<5%). Hal ini dibuktikan
dengan 97,44% perusahaan jenis industri manufaktur diduga cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan
perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar 75,51% yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi.
Implikasi Hasil
Penelitian
Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas
dapat digunakan sebagai indikator apakah perusahaan cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang
disadari oleh investor maupun calon investor karena kegiatan manipulasi ini
tidak seperti manipulasi yang sengaja menaikkan atau menurunkan laba. Oleh
karena itu, investor maupun calon investor dapat mendeteksi manipulasi ini dari
arus kas karena apabila menggunakan laba maka tidak dapat mengetahui apakah
manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury,
2003). Kedua, karena semakin pentingnya informasi laporan arus kas di
samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat standar akuntansi
dalam hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan peraturan agar
semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia men-disclose
laporannya karena terdapat bagian yang masih bersifat sukarela belum kewajiban.
Padahal kebutuhan investor ataupun calon investor atau pengguna laporan
keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan dari perusahaan yang
mendetail guna pengambilan keputusan. Selain itu, dengan adanya pengungkapan
yang lengkap dari perusahaan dapat mendorong meminimalkan perusahaan untuk
melakukan manipulasi aktivitas riil. Ketiga, berdasarkan hasil pengujian yang
memisahkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur diperoleh bahwa kecenderungan
perusahaan manufaktur melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal ini
dapat terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi banyak dilakukan dengan cara manajemen penjualan, potongan harga
besar-besaran, pengurangan biaya diskresi seperti biaya riset dan pengembangan,
biaya iklan, dan overproduction yang
cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang memiliki
karakteristik manufaktur.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
ketertarikan penulis terhadap penelitian dari Roychowdhury (2003) dan Livnat
dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah laporan arus
kas dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi kecenderungan perusahaan
melakukan manipulasi aktivitas riil yaitu bahwa perusahaan cenderung melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas baik arus kas kegiatan operasi dan
mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar yaitu apakah
terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas yang terkena dampak dari
manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak dari manipulasi
aktivitas riil. Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat
perbedaan rerata yang signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar menemukan adanya perbedaan kinerja
pasar yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan
dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Selain itu,
ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke dalam jenis industri maka
perusahaan industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel
jenis industri non manufaktur.
Dari hasil
yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat keterbatasan model
yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang dikembangkan dari
penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji sehingga dapat
menyebabkan hasil yang bias. Saran
untuk penelitian lanjutan adalah menggunakan kategori-kategori dalam komponen
arus kas kegiatan operasi sehingga dapat dilihat dampak komponen di dalam arus
kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Uji statistik dapat dikembangkan
menjadi regresi untuk melihat pengaruh kategori-kategori tersebut pada kinerja
pasar. Selain itu, kinerja pasar dapat menggunakan proksi Free Cash Flow (FCF) selain dengan CAR.
DAFTAR RUJUKAN
Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment
Implications of Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359 – 393.
Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan
Lane A. Daley. 1987. The Incremental Information Content of Accrual versus Cash
Flows. The Accounting Review. Vol.
LXII No. 4, hal.723 – 747.
Diana,
Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual
Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Vol. 7 No. 1, hal. 74 – 93.
Ghozali,
Imam dan John Castellan. 2002. Statistik
Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang.
Livnat,
Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash-Flow
Components. Journal of Accounting and
Economics, vol. 13, hal. 25-46.
Rahman,
Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities
Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi
Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis:
Unpublished. Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia
Rayburn,
Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with Security
Returns. Journal of Accounting Research.
Vol. 24, hal. 112 -133.
Roychowdhury,
Sugata. 2003. Management of Earnings through the Manipulation of Real
Activities That Affect Cash Flow from Operation. Paper Work. Sloan
School of Management MIT.
Thomas,
J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of Accounting Studies 7. hal 163
– 187.
Watts, Ross L. Dan
J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting
Theory. Prentice Hall International, Inc.
Lampiran A: Sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
NO
|
KODE
|
TAHUN
MASUK SWA
|
|
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
1
|
AALI
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
ADHI
|
|
|
|
|
1
|
1
|
3
|
AKPI
|
|
|
|
1
|
|
|
4
|
AKRA
|
1
|
|
|
|
1
|
1
|
5
|
ALMI
|
|
1
|
|
|
|
|
6
|
AMFG
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
7
|
ANTM
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
8
|
BKSL
|
1
|
1
|
|
|
|
|
9
|
BLTA
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
10
|
BMTR
|
|
1
|
1
|
|
|
|
11
|
BRAM
|
1
|
1
|
1
|
|
1
|
1
|
12
|
BUDI
|
|
1
|
|
|
|
|
13
|
BUMI
|
|
|
1
|
|
1
|
1
|
14
|
CMNP
|
1
|
|
|
1
|
1
|
1
|
15
|
CPIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
1
|
16
|
CTBN
|
|
|
|
|
|
1
|
17
|
CTRA
|
|
|
1
|
|
|
|
18
|
CTRS
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
1
|
19
|
DAVO
|
|
|
|
|
|
1
|
20
|
DILD
|
|
1
|
1
|
1
|
|
1
|
21
|
DUTI
|
1
|
|
1
|
|
|
|
22
|
DYNA
|
|
|
|
|
|
1
|
23
|
ELTY
|
|
|
|
|
1
|
1
|
24
|
EPMT
|
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
25
|
FASW
|
|
|
1
|
|
|
|
26
|
GGRM
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
27
|
GRIV
|
1
|
|
|
1
|
|
|
28
|
HERO
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
29
|
HEXA
|
|
|
|
|
|
1
|
30
|
HITS
|
1
|
|
1
|
1
|
1
|
|
31
|
HMSP
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
32
|
IDSR
|
|
|
1
|
1
|
|
|
33
|
IKAI
|
1
|
|
|
|
|
|
34
|
IMAS
|
|
|
1
|
1
|
|
|
35
|
INCO
|
1
|
1
|
|
1
|
1
|
1
|
36
|
INDF
|
1
|
1
|
1
|
|
1
|
1
|
37
|
INDR
|
1
|
|
|
|
|
|
38
|
INTP
|
|
|
|
|
|
1
|
39
|
ISAT
|
1
|
1
|
|
|
1
|
|
40
|
JPFA
|
|
1
|
|
|
|
|
41
|
JRPT
|
1
|
|
|
1
|
1
|
1
|
42
|
JSPT
|
1
|
|
1
|
|
|
|
43
|
KAEF
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
44
|
KLBF
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
45
|
LPCK
|
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
46
|
LPKR
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
47
|
LSIP
|
|
1
|
|
|
|
1
|
NO
|
KODE
|
TAHUN
MASUK SWA
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
48
|
LTLS
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
49
|
MAPI
|
|
|
|
|
1
|
1
|
50
|
MDLN
|
1
|
|
|
|
|
|
51
|
MDRN
|
|
|
1
|
1
|
|
|
52
|
MEDC
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
53
|
MLIA
|
|
1
|
|
|
|
|
54
|
MLND
|
|
1
|
|
|
|
|
55
|
MLPL
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
56
|
MPPA
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
57
|
MYOR
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
58
|
OMRE
|
1
|
|
|
|
|
|
59
|
PGAS
|
|
|
|
|
1
|
|
60
|
PLIN
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
61
|
PTBA
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
62
|
PTRO
|
|
|
|
|
|
1
|
63
|
PWON
|
|
|
|
1
|
|
|
64
|
RALS
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
65
|
RMBA
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
66
|
SCMA
|
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
67
|
SHDA
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
68
|
SHSA
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
|
69
|
SIPD
|
|
1
|
|
|
|
|
70
|
SMDR
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
71
|
SMGR
|
1
|
1
|
|
|
|
1
|
72
|
SMRA
|
|
|
|
1
|
1
|
1
|
73
|
SPMA
|
|
1
|
1
|
1
|
|
|
74
|
SSIA
|
1
|
|
1
|
1
|
|
|
75
|
SUBA
|
|
|
|
1
|
|
|
76
|
SUDI
|
1
|
1
|
1
|
|
|
|
77
|
TBLA
|
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
78
|
TFCO
|
1
|
1
|
|
|
|
|
79
|
TINS
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
80
|
TLKM
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
81
|
TSPC
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
82
|
TURI
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
83
|
UGAR
|
1
|
|
|
|
|
|
84
|
ULTJ
|
|
|
1
|
1
|
1
|
1
|
85
|
UNIC
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
86
|
UNSP
|
|
|
|
|
1
|
1
|
87
|
UNTR
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
88
|
UNVR
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Lampiran
B : Output Penelitian
Tabel 1
Prosedur
Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan
|
Kurang
|
Jumlah
|
Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun
2001-2006
|
|
204 perusahaan
|
Dikurangi:
|
|
|
Perusahaan yang masuk Swa100 yang memiliki aset
di bawah 1 triliun rupiah tahun 2001 – 2006
|
103 perusahaan
|
|
|
|
|
Perusahaan yang
tidak memiliki kode
|
3 perusahaan
|
|
|
|
|
Perusahaan yang
tidak memiliki kelengkapan data keuangan
|
10 perusahaan
|
|
|
|
|
Total Sampel
|
|
88 perusahaan
|
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk
Mengestimasi Arus Kas Kegiatan Operasi Normal
Variabel
|
Rerata
|
Nilai Tengah
|
Maksimum
|
Minimum
|
Simpangan Baku
|
CFOt-1/TAt-1
|
0,210
|
0,090
|
30,018
|
-0,386
|
1,846
|
1/ TAt-1
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
0,000
|
SALESt/ TAt-1
|
1,207
|
0,844
|
33,524
|
0,000
|
2,357
|
SALESt-1/ TAt-1
|
0,994
|
0,709
|
36,735
|
0,014
|
2,310
|
Tabel 3
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal
Variabel
|
Koefisien
|
t-stat
|
Probabilitas
|
Konstanta
|
-0,155
|
-1,246
|
0,214
|
SALESt/ TAt-1
|
0,326
|
7,386
|
0,000
|
SALESt-1/ TAt-1
|
-0,029
|
-0,636
|
0,254
|
F-stat
= 0,000
|
Tabel 4
Statistik Deskriptif Seluruh Sampel
Variabel
|
Rerata
|
Nilai Tengah
|
Maksimum
|
Minimum
|
Simpangan Baku
|
ABN_CFO
|
-0,183
|
-0,171
|
24,47
|
-10,87
|
1,680
|
CAR
|
-72,083
|
0,010
|
2,46
|
-1000,52
|
258,854
|
Tabel 5
Hasil Pengujian
Hipotesis 1
Variabel
|
Rerata
|
Probabilitas (P-value)
|
Keterangan
|
ABN_CFO
|
-0,183
|
0,0385**
|
H1 tidak dapat ditolak
|
**) signifikan
pada tingkat a=5%
Tabel 6
Statistik Deskriptif Kinerja
Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan
Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang
Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas
Kegiatan Operasi
Variabel
|
Cenderung
Manipulasi (N=225)
|
Cenderung
Tidak Manipulasi (N=39)
|
Rerata
|
Ni.
Tengah
|
Simpangan
Baku
|
Rerata
|
Ni.
Tengah
|
Simpangan
Baku
|
CAR
|
-66,851
|
0,000
|
249,925
|
-102,266
|
0,120
|
307,327
|
Tabel 7
Uji Beda atas
Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi
Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga
Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan
Operasi
Keterangan
|
CAR
|
Mann-Whitney U
|
3673,000
|
Wilcoxon W
|
29098,000
|
Z
|
-1,623
|
Probabilitas
|
0,0525***
|
***) signifikan
pada tingkat a=10%
Tabel 8
Perbandingan Jenis Industri dan
Kecenderungan Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan
Operasi
Keterangan
|
Jenis Industri
|
Total
|
|
Manufaktur
|
Non
Manufaktur
|
|
Cenderung Manipulasi
|
114
|
111
|
225
|
Cenderung Tidak Manipulasi
|
3
|
36
|
39
|
Probabilitas
|
0,000*
|
*) signifikan pada a=5%