Minggu, 28 Februari 2016

kata mutiara anis

Menjadi pemimpin itu bukan soal kecerdasan, kharisma, komunikasi, tampilan, dan segala macam atribut yang biasa dilekatkan pada figur pemimpin. Disebut pemimpin atau tidak ini adalah soal ada atau tidaknya yang mengikuti. Hadirnya pengakuan dan kepengikutan itu yang mengubah seseorang jadi pemimpin. Menjadi pemimpin adalah soal pengakuan dari yang dipimpin, sebuah rumusan sederhana yang sering terlupakan.


1. Seseorang diakui sebagai pemimpin bila kepadanya diberikan kepercayaan. Pemimpin adalah orang yang diikuti kata-kata dan perbuatannya.
Dia diikuti karena dipercaya. Kepercayaan adalah pilar utama pemimpin. Kepercayaan adalah kombinasi dari kompetensi, integritas, dan kedekatan. Ketiga faktor itu meningkatkan tingkat kepercayaan. Tapi ada sebuah faktor yang mampu memelorotkan kepercayaan memimpin yaitu self-interest dan dalam menyamakan self-interestnya-nya dengan kepentingan kolektif bisa membuat pemimpin mengalami erosi kepercayaan. Pemimpin terpercaya bisa selalu menomorsatukan kepentingan kolektifnya. Kecintaannya pada kepentingan kolektif itu memberikan efek yang besar. Kini dan kelak bangsa ini selalu membutuhkan pemimpin yang mencintai bangsanya melebihi cintanya pada dirinya. Kehadiran pemimpin seperti itu bisa luar biasa dahsyat dalam menggerakkan seluruh bangsa untuk meraih cita-cita kolektif.


2. Pemimpin dan pemimpi bedanya di huruf N. N-nya adalah Nyali.
Pemimpin pada dasarnya adalah pemimpi. Pemimpi yang mimpi-mimpinya dipercaya dan diikuti. Pemimpi yang mampu mengonversi mimpi jadi realita bisa disebut sebagai pemimpin. Wajar jika pemimpin menitipkan mimpinya pada imaginasi, dan membiarkan imaginasinya itu terbang amat tinggi lalu ia bekerja amat cerdas dan keras menggerakkan seluruh daya yang tersedia untuk meraih dan melampaui mimpinya. Disinilah sebuah huruf N sebenarnya itu mewakili komponen amat kompleks menyangkut kemampuan meraih mimpi dan melampaui mimpi.


3. Pemimpin selalu disorot.
Pemimpin adalah manusia yang harus selalu menyadari kemanusiaannya dan sempurna bukanlah atribut yang manusiawi. Karena itu pemimpin harus selalu sadar bahwa ia berada dalam sorotan di saat ia jauh dari kesempurnaan. Efeknya simpel, pemimpin itu jadi kotak pos untuk pujian dan kritikan. Maka itu jika tidak ingin dikritik maka jangan sesekali mau jadi pemimpin. Pemimpin yang matang itu menjalani perannya dengan menempatkan cita-cita bersama sebagai rujukan. Karena itu ia matang dan mantap menjalaninya. Bisa dikatakan bahwa pemimpin yang tulus pada cita-cita kolektifnya itu takkan terbang bila dipuji dan takkan tumbang bila dicaci.


4. Pemimpin yang kita ingin lihat adalah yang tidak mengejar penghormatan, tapi ia menjaga kehormatan.

Penghormatan itu memang bisa dipanggungkan dan bisa dibeli karenanya mudah didapat. Sementara kehormatan itu tidak untuk diperjualbelikan. Pemimpin yang gagasan dan langkahnya terhormat, dengan sendirinya akan dapat kehormatan. Mencari rujukan tentang pemimpin itu sesungguhnya mudah. Ada terlalu banyak contoh pemimpin di sekitar kita. Di republik ini masih amat banyak pemimpin yang solid, yang keteladanannya jadi rujukan, yang gagasannya diikuti, yang langkahnya menginspirasi. Masalahnya adalah banyak dari mereka justru tidak berada di panggung penting republik ini. Di panggung-panggung penting justru sering ditemui orang-orang berkuasa tanpa kepemimpinan. Di sisi lain, banyak pemimpin yang kepemimpinannya solid tapi tanpa kuasa dan otoritas.


Jika kita menengok pada sejarah negeri besar ini maka kita temui catatan gemilang sebuah generasi. Republik ini didirikan oleh orang-orang yang berintegritas. Integritas itu membuat mereka jadi pemberani dan tak gentar hadapi apa pun. Integritas dan keseharian yang apa adanya membuat mereka memesona. Orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya. Mereka jadi cerita teladan di seantero negeri.


5. Hari ini, republik membutuhkan pemimpin yang berani tegakkan integritas. 
Berani perangi “jual-beli” kebijakan dan jabatan, dan pemimpin yang mau bertindak tegas kepentingan rakyat “dijarah” oleh mereka yang punya akses. Republik ini butuh pemimpin yang bernyali dan menggerakkan dalam menebas penyeleweng tanpa pandang posisi atau partai. Bukan pemimpin yang serba mendiamkan seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Pemimpin yang bisa jadi bersahabat tampilannya, sopan dan simpel tuturnya, tapi amat besar nyalinya, dan amat tegas sikapnya. Tidak selalu nyaring, tapi selalu bernyali karena nyali itu memang beda dengan nyaring.

Republik ini perlu pemimpin yang bisa mengajak semua untuk mendorong yang macet, membongkar yang buntu, dan memangkas berbenalu. Pemimpin yang tanggap memutuskan, cepat bertindak, dan tidak toleran pada keterlambatan. Pemimpin yang siap untuk “lecet-lecet” melawan status quo yang merugikan rakyat, berani bertarung untuk melunasi tiap janjinya. Republik ini perlu pemimpin yang memesona bukan saja saat dilihat dari jauh, tetapi pemimpin yang justru lebih memesona dari dekat dan saat kerja bersama.

Bukan pemimpin yang selalu enggan memutuskan dan suka melimpahkan kesalahan. Bukan pemimpin yang diam saat rakyat didera, lembek saat republik dihardik. Pemimpin yang tak gentar dikatakan mengintervensi karena mengintervensi adalah bagian dari tugas pemimpin dan pembiaran tidak boleh masuk dalam daftar tugas seorang pemimpin. Kelugasan, ketegasan, keberanian, kecepatan, keterbukaan, kewajaran, kemauan buat terobosan, dan perlindungan kepada anak buah bahkan kesederhanaan dalam keseharian itu semua bisa menular. Tapi kebimbangan, kehati-hatian berlebih, kelambatan, ketertutupan, formalitas, kekakuan, pembicaraan masalah, orientasi kepada citra dan ketaatan buta pada prosedur itu juga menular. Menular jauh lebih cepat dan sangat sistemik.


6. Pemimpin bisa menentukan suasana.

Pemimpin adalah dirigen yang menghadirkan energi, nuansa, dan aurora dalam sebuah orkestra. Setiap pemain memiliki peran, dan tanpa dirigen-pun instrument musik bisa dijalankan tapi orkestra itu tidak ada jiwa-nya. Pemimpin hadir membawa suasana. Memberikan arah dan greget. Pemimpin membawa misi dan menularkannya pada semua. Pemimpin meraup aspirasi dan energi dari semua yang dipimpinnya, lalu mengkonversinya menjadi cita-cita kolektif dan energi besar untuk semua bekerja bersama meraihnya. Memang pemimpin bukan dewa atau superman. Tidak pantas semua masalah dititipkan, ditumpahkan ke pundak pemimpin.


7. Kita amat membutuhkan pemimpin yang berorientasi pada gerakan.
Pemimpin menjadikan semua merasa ikut memiliki tanggung jawab, merasa ikut memiliki masalah. Pendekatannya movement bukan programmatic sehingga semua merasa terpanggil untuk terlibat. Pemimpin yang bisa membuat semua merasa perlu berhenti lipat tangan, lalu terpanggil untuk gandeng tangan dan turun tangan. Pemimpin yang menggerakkan. Akhir-akhir ini kita sering menyaksikan pemimpin hadir untuk “menyelesaikan” tantangan dan masalah. Menyelesaikan tantangan dan masalah itu baik-baik saja. Tetapi sesungguhnya yang diperlukan justru bukan itu. Kita memerlukan pemimpin yang kehadirannya bukan sekadar hadir untuk “menyelesaikan” masalah dan tantangan tapi kehadirannya untuk “mengajak semua pihak turun-tangan” menyelesaikan masalah dan tantangan.

8. Kita memerlukan pemimpin yang menginspirasi, membukakan perspektif baru, menyodorkan kesadaran baru dan menyalakan harapan jadi lebih terang.

Pemimpin yang membuat semua terpanggil untuk turun tangan, untuk bekerja bersama meraih cita-cita bersama. Pemimpin yang kata-kata dan perbuatannya menjadi pesan solid yang dijalankan secara kolosal. Kita memerlukan pemimpin yang menggerakkan!

kata mutiara anis baswedan


Selamat untuk Anda yang kini menjadi mahasiswa, Anda disebut maha atas kesiswaan Anda. Tanggungjawabnya tentu lebih besar daripada anak-anak muda lainnya.
Di Indonesia ada jutaan anak masuk SD, tapi hanya ratusan ribu yang hari ini bisa kuliah. Itu artinya Anda berbeda dengan yang lain. Anda adalah sekelompok anak-anak muda yang punya kesempatan, untuk mengembangkan diri, untuk maju, meraih masa depan bukan hanya untuk Anda sendiri tapi untuk kemajuan Republik, untuk kemajuan bangsa.
Saya akan beri sedikit catatan di sini:
  1. Tolong jangan hanya belajar di dalam ruang kuliah.
    Kuliah Anda adalah di dalam ruang dan di luar ruang kuliah. Kalau Anda disebut sebagai aktivis, maka jangan hanya jadi aktivis di luar ruang kuliah, tapi juga aktivis di dalam ruang kelas.
  2. Anda merugi jika hanya belajar di dalam kelas saja
    Bagi teman-teman yang ingin belajar hanya di dalam kelas saja, maka Anda akan masuk golongan orang yang merugi. Karena di ujung masa kuliah Anda hanya akan keluar membawa selembar kertas bertuliskan transkrip atau selembar kertas ijazah. Masa depan tidak bisa dibuat atau dibangun hanya dengan selembar kertas itu.
  3. Anda harus menjadi manusia baru
    Anda harus menjadi pemimpin di Indonesia. Anak-anak muda yang kata-katanya, langkahnya bisa membuat perubahan dan itu artinya belajar dari sekarang.
Saya sering menganalogikan hidup pasca kuliah itu seperti berenang di lautan. Anda punya pilihan, mau belajar berenang saat sudah sampai ke laut atau mau belajar berenang di kolam renang? Kalau di kolam renang kedalamannya terukur, tekanannya terukur, suhunya terukur, arusnya juga terukur, dan di sana Anda bisa belajar berenang.
Atau Anda langsung terjun ke laut dan belajar berenang. Resikonya agak besar belajar berenang di tengah lautan. Kalau Anda belajar berenang di kolam renang resikonya jauh lebih terkontrol. Karena itu belajarlah “berenang”, belajar untuk memimpin, belajar menjadi bagian dari masyarakat ketika kuliah.
Anda bisa lihat nanti, mereka-mereka yang banyak memberikan kontribusi pada masyarakat, mereka yang berpengaruh, mereka yang bisa mendorong kemajuan adalah orang-orang yang pada masa mudanya tidak hanya meghabiskan waktu di dalam ruang kelas, tapi juga di luar kelas.
Jadilah pegiat, jadilah anak-anak yang aktif. Saya sering mengatakan IP yang tinggi akan mengantarkan Anda pada panggilan wawancara, titik.
  • Kepemimpinan
  • Kemampuan komunikasi
  • Kemampuan analitik
Hal-hal itu yang akan mengantarkan Anda ke masa depan.
Kalau dulu SD ke SMP Anda perlu nilai tinggi, untuk masuk SMA Anda juga perlu nilai, dan sekarang dari SMA masuk di kampus Anda juga harus punya nilai yang tinggi. Sesudah Anda lulus kuliah, fase berikutnya Anda butuh lebih dari sekadar nilai.
Jangan diartikan boleh mendapatkan IP rendah. Kalau IP Anda rendah, Anda bahkan tidak dipanggil wawancara. Jadi IP-nya harus tinggi, berapa minimal IP? Usul saya mumpung Anda baru kuliah, coba Anda cek kalau daftar beasiswa S2 berapa syarat IP minimalnya? Lalu Anda gunakan itu sebagai target.
Hari ini tidak ada yang bertanya IP Anda berapa? Misalnya saya tidak ada yang tanya IP saya berapa? Atau berapa lama kuliahnya? IP dan lama kuliah itu ditanyakan saat wisuda. Yang kuliahnya cepat, IP-nya tinggi senyumnya lebih lebar daripada yang tidak. Tapi dalam perjalanan ke depan yang dibutuhkan lebih dari itu.
Saya tidak ingin menganggap enteng pelajaran di kuliah. Pelajaran itu sangat penting. Tapi saya ingin Anda punya double track:
  • Track akademik
  • Track kepemimpinan
Keduanya harus seimbang. Jadi bangun itu, mumpung Anda punya kesempatan untuk melakukannya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
  1. Buat cita-cita 
    Anda dapat mulai menuliskan:
    - Berapa lama Anda mau kuliah
    - Anda mau melakukan apa
    - Selama kuliah apa yang akan Anda kerjakan
    Jangan jadi mahasiswa yang hanya rumah atau kos-kosan, kampus dan kampusnya hanya ruang kuliah, jangan lakukan itu.
  2. Anda akan menjadi bagian dari dunia. 
    Saya adalah mahasiswa dua puluh tahun lalu. Maka mahasiswa saat ini akan mengalami era 20 tahun akan datang. Bayangkan Indonesia 20 tahun yang akan datang, jangan bayangkan Indonesia sekarang. Seperti apa potret Indonesia 20 tahun mendatang? Apa peran Anda di dalamnya? Bagaimana kondisinya?
  3. Hari ini Anda warga Indonesia dan warga dunia. 
    Untuk menjadi bagian dari dunia Anda harus menguasai bahasa internasional. Saya garis bawahi, bahasa internasional bukan bahasa asing. Bahasa internasional adalah bahasa percakapan antar bangsa. Seperti halnya bahasa nasional yang digunakan sebagai percakapan antar suku bangsa.
    Kuasai bahasa internasional sehingga Anda bisa menjadi bagian dari dunia, berkomunikasi dengan dunia. Anda dapat menyerap informasi dan menyebarkan informasi.
  4. Kuasai ilmu pengetahuan yang terdepan. 
    Anda tidak bisa belajar hanya dengan ilmu-ilmu masa lalu, kuasai yang terbaru. Kemampuan belajar menjadi amat kunci, bukan kemampuan menguasai sebuah bidang tapi kemampuan belajar di bidang apapun. Karena sesudah lulus Anda belum tentu mendalami atau mengerjakan hal yang menjadi fokus ketika masa kuliah.
    Tapi, kemampuan Anda belajar akan membuat Anda menjadi pembelajar terus menerus. Kalau Anda pembelajar maka Anda akan punya peluang untuk bisa terus menerus mengembangkan diri dan meningkatkan kontribusi.
Teman-teman mahasiswa baru, Anda sekarang memasuki fase yang benar-benar baru karena itu rencanakan dengan baik. Catat cita-cita Anda, catat keinginan-keinginan Anda. Lalu lihat tiga setengah atau empat tahun ke depan sebagai masa pengembangan diri, bukan sekadar masa kuliah tapi pengembangan diri.
Sesudah itu adalah masa Anda mulai berkontribusi. Siapkan diri Anda dengan baik. Kerjakan masa ini secara optimal.
Biarkan Anda menengok masa kuliah Anda dan berkata, “Untung masa kuliah saya tak hanya berisi di ruang kelas.” Dan itu nanti akan membuat jalan Anda ke depan jauh lebih lebar, jauh lebih menantang. Anda akan menemukan simpul-simpul baru keberhasilan.

Kamis, 25 Februari 2016

ANALISIS ARUS KAS  KEGIATAN OPERASI DALAM MENDETEKSI MANIPULASI AKTIVITAS RIIL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PASAR

ABSTRACT
This research aims at identifying firm’s tendency to execute real activities manipulation through cash flow from operating activities and its impact to market performance. The sample is drawn from firms in the biggest 50 firms with assets above 1 trillion rupiahs for period of 2001 – 2006, which are published in Swa100. The research model used is based on Roychowdhury’s model (2003). Prior to test the hypotheses, the researcher employed  regression model  to determine normal and  abnormal cash flow from operating activities. Then, descriptive statistics, one sample t-test, and two independent samples t-test are used to test the research hypotheses.
The result shows that firms tend to execute real activities manipulation through operating cash flow. Moreover, the impact of real activities manipulation on market performance shows firms that are more likely executing real activities manipulation have higher market performance than their counterparts. After controlling for industrial types of the companies, the result finds that manufacturing firms execute more real activities manipulation than non manufacturing firms.

Keywords: Operating cash flow, real activities manipulation, market performance.


LATAR BELAKANG PENELITIAN
Perusahaan sebagai kumpulan kontrak-kontrak (nexus of contracts) antar berbagai pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan karyawan berkaitan dengan gaji atau kompensasi, kontrak antara perusahaan dan kreditur berkaitan dengan hutang, dan kontrak dengan pemerintah berkaitan pajak. Di dalam perusahaan terdapat pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak principal maupun agent masing-masing mempunyai kepentingan pribadi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest). Pihak manajemen atau manajer dituntut memenuhi kepentingan pemilik perusahaan namun di samping itu manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik. Asimetri informasi (information asymmetry) antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan (shareholders) memberi keleluasaan dan kesempatan kepada manajer untuk melakukan rekayasa yang disebut dengan istilah rekayasa laba atau manajemen laba (earning management). Tujuan dari manajemen laba adalah menghindari kerugian, mendapatkan kompensasi, memenuhi target laba, dan ramalan analis (analyst forecast).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus kas secara langsung yang disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury, 2003). Manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP dan manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat terdeteksi oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak pada harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena itu, terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu dengan memanipulasi aktivitas riil (real activities manipulation). Manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari kerugian, mencapai target analyst forecast.
Pada penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun juga pada arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi menarik. Oleh karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka perusahaan dapat terdeteksi melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak, dapat diketahui dari arus kas. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil. Dalam penelitiannya, Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang masuk ke dalam sampel suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus kas operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan produksi besar-besaran (overproduction). Namun, dalam penelitian Roychowdhury (2003) tidak sampai kepada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar.

Masalah Penelitian
Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1.         Apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi?
2.         Apakah kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi?

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi untuk menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya terhadap kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi studi berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu kita cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting selain laporan laba rugi.


TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS
Manipulasi Aktivitas Riil dan Arus Kas Kegiatan Operasi
Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO) merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan operasional perusahaan, dan membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasional.  Arus kas dari kegiatan operasi berisi penerimaan dan pengeluran kas yang diperoleh dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Livnat dan Zarowin (1990) dalam penelitiannya mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi antara lain penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kepada pemasok, karyawan, dan lainnya, pembayaran pajak, pembayaran bunga, dan kegiatan operasi lainnya.
Manipulasi aktivitas riil merupakan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi berjalan. Hal waktu (timing) inilah yang menjadi bagian penting perusahaan dalam hal ini manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003).

Teknik Manipulasi Aktivitas Riil
Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain manajemen penjualan, overproduction, dan pengurangan biaya diskresi (Roychowdhury, 2003).
Manajemen penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk memenuhi target laba. Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau mempercepat penjualan dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara menawarkan potongan harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan jangka waktu kredit yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan otomobil sering menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir periode akuntansi. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan menyebabkan  arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang.
Teknik berikutnya adalah dengan melakukan produksi besar-besaran (overproduction). Manajer dari perusahaan manufaktur dapat melakukan produksi besar-besaran yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan  sehingga laba dapat meningkat. Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan  menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi. Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang diproduksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan melakukan produksi besar-besaran dengan tujuan untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya penjualan, umum, dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya perbaikan dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode menyebabkan rekening hutang berkurang di bawah normal dan berdampak pada akrual abnormal yang positif.

Arus Kas Kegiatan Operasi dan Kinerja Pasar
Kinerja pasar dilihat dari tingkat pengembalian investasi (return) jangka panjang perusahaan atau return saham. Beberapa penelitian yang menguji kandungan informasi tambahan arus kas selain oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley (1987) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki informasi tambahan selain yang dijelaskan oleh laba kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan oleh data periode tahun dan belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier. Rayburn (1986) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi dan agregat akrual memiliki hubungan abnormal return.  Demikian juga dengan Livnat dan Zarowin (1990) yang menemukan komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki hubungan dengan return. Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas terhadap kinerja pasar antara lain Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar modal Indonesia menemukan bahwa arus kas dari kegiatan operasi penting dalam menjelaskan return sekuritas.  Penelitian yang mendeteksi manipulasi aktivitas riil dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja adalah Rahman (2007) yang menunjukkan bahwa motivasi manajemen laba pada saat perusahaan melakukan IPO adalah menggunakan proksi akrual diskresi namun tidak untuk proksi  manipulasi aktivitas riil.


Kerangka Pemikiran
Manipulasi aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai target yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan kerugian yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang dilaporkan yaitu rekening-rekening yang masuk ke laporan laba rugi.
Cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan penjualan dengan menawarkan potongan harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit yang lunak. Hal ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba yang dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang meningkat, manipulasi aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang dilaporkan pada periode bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi aktivitas riil yang dilakukan dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan biaya iklan, pengurangan biaya penjualan, pengurangan biaya riset dan pengembangan, dan overproduction agar harga pokok penjualan rendah memiliki dampak arus kas kegiatan operasi setelah adanya manipulasi aktivitas riil ini lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau normal apabila tidak terdapat manipulasi aktivitas riil, atau dengan kata lain arus kas kegiatan operasi abnormal rendah. Oleh karena arus kas terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil maka arus kas ini dapat digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki kecenderungan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual dan nilai arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
Arus kas yang dapat memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap kinerja pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return saham). Dengan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi maka terdapat perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki kinerja pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.



METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam Swa100 yaitu 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di atas Rp 1 triliun dan EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive judgemental sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1.      Masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 – 2006 sehingga data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari periode tahun 2000 – 2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan perusahaan terbaik karena Swa mendasarkan perusahaan terbaik dari laporan keuangan 1 periode akuntansi sebelumnya).
2.      Memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember.
3.      Data tersedia di Osiris dan CD annual report  yang ada di perpustakaan MAKSI UI (Magister Akuntansi Universitas Indonesia). Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat dari Tabel 1.

Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Sebelum masuk ke dalam pengujian hipotesis maka akan dilakukan regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas kegiatan operasi normal mereplikasi dari penelitian Roychowdhury (2003):


Keterangan:
CFOt/At-1      = Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
a(1/At-1)        = Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan supaya arus kas kegiatan operasi tidak memiliki nilai 0 ketika penjualan dan lag penjualan bernilai 0.
St/ At-1              = Penjualan bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
St-1/ At-1        = Penjualan bersih pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1.
Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan operasi abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari nilai arus kas kegiatan operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan nilai yang dibutuhkan adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut.
Untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi. Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel berada di bawah 0 dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivtas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2  yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, dilakukan dengan membandingkan rerata kinerja pasar untuk melihat kinerja pasar mana yang lebih besar setelah itu diuji signifikansi dari perbedaan tersebut menggunakan uji beda dua sampel atau two independent samples test (Ghozali dan Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji dua arah (two tail). Kinerja pasar diproksi dengan menggunakan Cummulative Abnormal Return (CAR).

ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif
Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus kas abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih dahulu arus kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan mencari nilai arus kas normal untuk keseluruhan sampel penelitian (264 sampel) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan karakteristik dari perusahaan yang masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006  dengan total aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic value added (EVA) terbaik. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rerata arus kas kegiatan operasi sebesar 21% relatif terhadap total aktiva, nilai tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846. Rerata penjualan periode t lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1 sebesar 21% relatif terhadap total aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t adalah 0,844 dan penjualan periode t-1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal terlihat pada Tabel 3.
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada Tabel 3 maka koefisien tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah memperoleh nilai arus kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan operasi abnormal inilah yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO). Tabel 4 menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel-variabel antara lain ABN_CFO dan Cummulative Abnormal Return (CAR) yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183 dengan nilai tengah sebesar -0,171 dan simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan sampel memiliki rerata sebesar -72,083, nilai tengah sebesar 0,010 dengan nilai maksimum sebesar 2,46 dan minimum sebesar -1000,52. Simpangan/deviasi dari data CAR sangat besar yaitu 258,854.

Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Pengujian hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan uji rerata. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai arus kas abnormal untuk melihat perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Perusahaan yang masuk Swa memiliki kecenderungan untuk menaikkan laba agar dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara menaikkan laba dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan harga, dan menawarkan penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya menyebabkan laba periode tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara abnormal lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) di bawah 0 sedangkan perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0.  Hasil dari pengujian hipotesis 1 dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil pengujian hipotesis satu menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0) maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Hal ini dikarenakan untuk melihat adanya kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal di bawah 0. Namun, untuk membuktikan apakah nilai rerata tersebut signifikan maka dilihat nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0385 (yaitu dari p-value=0,077/2 karena pengujian two tail). Oleh karena nilai signifikansi di bawah a=5% (0,0385 < 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi tidak dapat ditolak pada tingkat a=5%. Dari keseluruhan sampel yaitu 264 perusahaan-tahun, sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terdapat 225 perusahaan-tahun yang terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan perusahaan yang lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan terbaik edisi Swa.
Pada pengujian hipotesis 1 ini dibuktikan bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Temuan adanya manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi konsisten dengan hasil dari Roychowdhury (2003) bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melaporkan arus kas kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah dibandingkan yang seharusnya. Bens, Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa manajer dari perusahaan yang menghadapi dilusi laba per lembar saham sebagian mengurangi biaya riset dan pengembangan untuk membiayai pembelian kembali saham ESO (employee stock option). Dengan adanya pengurangan biaya riset dan pengembangan akan berdampak pada kenaikan laba yang dilaporkan namun menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara abnormal rendah. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilakukan dengan cara manajemen penjualan yaitu memberikan potongan harga besar-besaran, bunga kredit yang rendah atau dengan produksi besar-besaran supaya harga pokok penjualan rendah sehingga margin operasi tinggi (Roychowdhury, 2003).

Kecenderungan Manipulasi Aktivitas Riil, Industri, dan Kinerja Pasar
Statistik deskriptif dari kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6.
Rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi (-66,851>-102,266). Oleh karena itu, berdasarkan hasil statistik deskriptif terlihat bahwa sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar daripada sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yang berarti rerata CAR antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk melihat apakah perbedaan tersebut signifikan hasilnya dipaparkan pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi pada taraf signifikansi a = 10%. Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,0525 (0,0525<a = 10%).  Dengan demikian, hasil pengujian ini membuktikan bahwa kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda dengan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi yaitu kinerja pasar sampel yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar sampel yang cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena itu, hipotesis 2 yang menyatakan kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, tidak dapat ditolak pada tingkat a=10%.
Manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi adalah untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba tertentu pada periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau kinerja pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajer semakin memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar laba tinggi atau menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi dibandingkan dengan tidak melakukan manipulasi aktivitas riil.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif terhadap hipotesis 2, untuk keseluruhan sampel yang merupakan sampel jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang merupakan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk perbandingan sampel antara sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah dilakukan pemisahan ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat dilihat pada Tabel 8.
Hasil setelah pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis industri manufaktur yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih banyak pada jenis industri non manufaktur. Perbandingan antara jenis industri dan kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi ditemukan adanya signifikansi hubungan (menggunakan pearson chi-square) sehingga jenis industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan dengan jenis industri non manufaktur karena nilai signifikansi di bawah taraf signifikansi a=5% (0,000<5%). Hal ini dibuktikan dengan 97,44% perusahaan jenis industri manufaktur diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar 75,51% yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.

Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas dapat digunakan sebagai indikator apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun calon investor karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja menaikkan atau menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor dapat mendeteksi manipulasi ini dari arus kas karena apabila menggunakan laba maka tidak dapat mengetahui apakah manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi aktivitas riil (Roychowdhury, 2003).  Kedua, karena semakin  pentingnya informasi laporan arus kas di samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat standar akuntansi dalam hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan peraturan agar semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia  men-disclose laporannya karena terdapat bagian yang masih bersifat sukarela belum kewajiban. Padahal kebutuhan investor ataupun calon investor atau pengguna laporan keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan dari perusahaan yang mendetail guna pengambilan keputusan. Selain itu, dengan adanya pengungkapan yang lengkap dari perusahaan dapat mendorong meminimalkan perusahaan untuk melakukan manipulasi aktivitas riil. Ketiga, berdasarkan hasil pengujian yang memisahkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur diperoleh bahwa kecenderungan perusahaan manufaktur melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal ini dapat terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi banyak dilakukan dengan cara manajemen penjualan, potongan harga besar-besaran, pengurangan biaya diskresi seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan overproduction yang cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang memiliki karakteristik manufaktur.

KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan ketertarikan penulis terhadap penelitian dari Roychowdhury (2003) dan Livnat dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah laporan arus kas dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi kecenderungan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil yaitu bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas baik arus kas kegiatan operasi dan mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil. Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar menemukan adanya perbedaan kinerja pasar yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Selain itu, ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke dalam jenis industri maka perusahaan industri manufaktur diduga lebih cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel jenis industri non manufaktur.
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat keterbatasan model yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang dikembangkan dari penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji sehingga dapat menyebabkan hasil yang bias. Saran untuk penelitian lanjutan adalah menggunakan kategori-kategori dalam komponen arus kas kegiatan operasi sehingga dapat dilihat dampak komponen di dalam arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar. Uji statistik dapat dikembangkan menjadi regresi untuk melihat pengaruh kategori-kategori tersebut pada kinerja pasar. Selain itu, kinerja pasar dapat menggunakan proksi Free Cash Flow (FCF) selain dengan CAR.



DAFTAR RUJUKAN

Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment Implications of Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359 – 393.

Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1987. The Incremental Information Content of Accrual versus Cash Flows. The Accounting Review. Vol. LXII No. 4, hal.723 – 747.

Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 1, hal. 74 – 93.

Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash-Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal. 25-46.

Rahman, Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis: Unpublished. Pascasarjana Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia

Rayburn, Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with Security Returns. Journal of Accounting Research. Vol. 24, hal. 112 -133.

Roychowdhury, Sugata. 2003. Management of Earnings through the Manipulation of Real Activities That Affect Cash Flow from Operation. Paper Work. Sloan School of Management MIT.

Thomas, J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of Accounting Studies 7. hal 163 – 187.

Watts, Ross L. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall International, Inc.









Lampiran A: Sampel












NO
KODE
TAHUN MASUK SWA


2001
2002
2003
2004
2005
2006
1
AALI
1
1
1
1
1
1
2
ADHI




1
1
3
AKPI



1


4
AKRA
1



1
1
5
ALMI

1




6
AMFG

1
1
1
1
1
7
ANTM
1
1
1
1
1
1
8
BKSL
1
1




9
BLTA
1
1
1
1
1
1
10
BMTR

1
1



11
BRAM
1
1
1

1
1
12
BUDI

1




13
BUMI


1

1
1
14
CMNP
1


1
1
1
15
CPIN
1
1
1
1

1
16
CTBN





1
17
CTRA


1



18
CTRS
1
1
1
1

1
19
DAVO





1
20
DILD

1
1
1

1
21
DUTI
1

1



22
DYNA





1
23
ELTY




1
1
24
EPMT


1
1
1
1
25
FASW


1



26
GGRM
1
1
1
1
1

27
GRIV
1


1


28
HERO



1
1
1
29
HEXA





1
30
HITS
1

1
1
1

31
HMSP
1
1
1
1
1
1
32
IDSR


1
1


33
IKAI
1





34
IMAS


1
1


35
INCO
1
1

1
1
1
36
INDF
1
1
1

1
1
37
INDR
1





38
INTP





1
39
ISAT
1
1


1

40
JPFA

1




41
JRPT
1


1
1
1
42
JSPT
1

1



43
KAEF

1
1
1
1

44
KLBF
1
1
1
1
1
1
45
LPCK


1
1
1
1
46
LPKR
1
1
1
1
1
1
47
LSIP

1



1
NO

KODE

TAHUN MASUK SWA
2001
2002
2003
2004
2005
2006
48
LTLS



1
1
1
49
MAPI




1
1
50
MDLN
1





51
MDRN


1
1


52
MEDC
1
1
1



53
MLIA

1




54
MLND

1




55
MLPL
1
1
1
1
1

56
MPPA
1
1
1



57
MYOR
1
1
1
1
1
1
58
OMRE
1





59
PGAS




1

60
PLIN
1
1
1
1
1
1
61
PTBA



1
1
1
62
PTRO





1
63
PWON



1


64
RALS
1
1
1
1
1
1
65
RMBA
1
1
1



66
SCMA


1
1
1
1
67
SHDA



1
1
1
68
SHSA
1
1
1
1


69
SIPD

1




70
SMDR
1
1
1
1
1
1
71
SMGR
1
1



1
72
SMRA



1
1
1
73
SPMA

1
1
1


74
SSIA
1

1
1


75
SUBA



1


76
SUDI
1
1
1



77
TBLA


1
1
1
1
78
TFCO
1
1




79
TINS
1
1
1
1
1

80
TLKM
1
1
1
1
1
1
81
TSPC
1
1
1
1
1
1
82
TURI

1
1
1
1

83
UGAR
1





84
ULTJ


1
1
1
1
85
UNIC
1
1
1
1
1

86
UNSP




1
1
87
UNTR
1
1
1
1
1
1
88
UNVR
1
1
1
1
1
1


Lampiran B : Output Penelitian
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan
Kurang
Jumlah
Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun 2001-2006

204 perusahaan
Dikurangi:


Perusahaan yang masuk Swa100 yang memiliki aset di bawah 1 triliun rupiah tahun 2001 – 2006
103 perusahaan




Perusahaan yang tidak memiliki kode
3 perusahaan




Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data keuangan
10 perusahaan




Total Sampel

88 perusahaan


Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk Mengestimasi Arus Kas Kegiatan Operasi Normal
Variabel
Rerata
Nilai Tengah
Maksimum
Minimum
Simpangan Baku
CFOt-1/TAt-1
0,210
0,090
30,018
-0,386
1,846
1/ TAt-1
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
SALESt/ TAt-1
1,207
0,844
33,524
0,000
2,357
SALESt-1/ TAt-1
0,994
0,709
36,735
0,014
2,310

Tabel 3
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal
Variabel
Koefisien
t-stat
Probabilitas
Konstanta
-0,155
-1,246
0,214
SALESt/ TAt-1
0,326
7,386
0,000
SALESt-1/ TAt-1
-0,029
-0,636
0,254
F-stat = 0,000

Tabel 4
Statistik Deskriptif Seluruh Sampel
Variabel
Rerata
Nilai Tengah
Maksimum
Minimum
Simpangan Baku
ABN_CFO
-0,183
-0,171
24,47
-10,87
1,680
CAR
-72,083
 0,010
2,46
-1000,52
258,854



Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Variabel
Rerata
Probabilitas (P-value)
Keterangan
ABN_CFO
-0,183
0,0385**
H1 tidak dapat ditolak
**) signifikan pada tingkat a=5%

Tabel 6
Statistik Deskriptif Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Variabel
Cenderung Manipulasi (N=225)
Cenderung Tidak Manipulasi (N=39)
Rerata
Ni. Tengah
Simpangan Baku
Rerata
Ni. Tengah
Simpangan Baku
CAR
-66,851
0,000
249,925
-102,266
0,120
307,327

Tabel 7 
Uji Beda atas Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan
CAR
Mann-Whitney U
3673,000
Wilcoxon W
29098,000
Z
-1,623
Probabilitas
0,0525***
***) signifikan pada tingkat a=10%

Tabel 8
Perbandingan Jenis Industri dan Kecenderungan Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan
Jenis Industri
Total

Manufaktur
Non Manufaktur

Cenderung Manipulasi
114
111
225
Cenderung Tidak Manipulasi
3
36
39
Probabilitas
0,000*
*) signifikan pada a=5%